Sabtu, 05 Oktober 2013

Praktikum Biokimia I Reaksi Uji Protein



LAPORAN TETEP PRAKTIKUM BIOKIMIA I

I.              Nomor Percobaan          : II
II.           Tanggal Percobaan        : 6 Maret 2013
III.        Judul pecobaan              : Reaksi Uji Protein
IV.        Tujuan pecobaan            : Untuk menguji kandungan yang terdapat di dalam protein.
V.           Dasar Teori
Protein merupakan salah satu unsur terpenting penyusun makhluk hidup. Seperti halnya unsur lainnya seperti karbohidrat, protein juga memiliki sifat  dan fungsi. Sifat-sifat dan fungsi protein ditentukan oleh jenis dan urutan asam amino. Beberapa fungsi utama protein dalam organisme kehidupan antara lain; sebagai bahan penyusun selaput sel dan dinding sel, jaringan pengikat, pembentuk membran sel, mengangkut molekul-molekul lain (hemoglobin) dan sebagai zat antibodi.
Di dalam kehidupan, protein memegang peranan yang penting pula. Proses kimia dalam tubuh dapat berlangsung dengan baik karena adanya enzim, suatu protein yang berfungsi sebagai biokatalisator.
Kita dapat memperoleh protein dari bahan makanan yang banyak mengandung protein, misalnya pada hewan terkandung protein hewani, sedangkan pada tumbuhan terkandung protein nabati.
Protein merupakan polipeptida berbobot molekul tinggi yang terdapat secara alami. Polipeptida yang memiliki hanya asam amino saja digolongkan sebagai protein sederhana. Protein terkonjugasi mengandung komponen bukan asam amino yang dikenal sebagai gugus prostetik di samping kerangka utama asam amino.
Dalam ilmu Kimia, pencampuran atau penambahan suatu senyawa dengan senyawa yang lain dikatakan bereaksi bila menunjukkan adanya tanda terjadinya reaksi, yaitu: adanya perubahan warna, timbul gas, bau, perubahan suhu, dan adanya endapan. Pencampuran yang tidak disertai dengan tanda demikian, dikatakan tidak terjadi reaksi kimia. Ada beberapa reaksi khas dari protein yang menunjukkan efek/tanda terjadinya reaksi kimia, yang berbeda-beda antara pereaksi yang satu dengan pereaksi yang lainnya. Semisal reaksi uji protein (albumin) dengan Biuret test yang menunjukkan perubahan warna, belum tentu sama dengan pereaksi uji lainnya.
Protein adalah molekul raksasa yang terdiri dari satuan-satuan kecil penyusunnya yang disebut asam amino yang tersusun dalam urutan tertentu, dengan jumlah dan struktur tertentu. Molekul-molekul ini merupakan bahan pembangun sel hidup. Protein yang paling sederhana terdiri atas 50 asam amino, tetapi ada beberapa protein yang memiliki ribuan asam amino. Hal yang terpenting adalah ketidakhadiran, penambahan, atau penggantian satu saja asam amino pada sebuah struktur protein dapat menyebabkan protein tersebut menjadi gumpalan molekul yang tidak berguna. Setiap asam amino harus terletak pada urutan yang benar dan struktur yang tepat (Poedjiadi, 1994).
Protein yang terdapat dalam makanan kita dicernakan dalam lambung dan usus menjadi asam-asam amino, yang diabsorsi dan dibawa oleh darah ke hati. Sebagian asam amino diambil oleh hati, sebagian lagi diedarkan ke dalam jaringan-jaringan di luar hati. Protein dalam sel-sel tubuh dibentuk dari asam amino. Bila ada kelebihan asam amino dari jumlah yang digunakan untuk biosintesis protein, kelebihan asam amino akan diubah menjadi asam keto yang dapat masuk kedalam siklus asam sitrat atau diubah menjadi urea. Hati merupakan organ tubuh dimana terjadi reaksi katabolisme maupun anabolisme. Asam amino yang dibuat dalam hati, maupun yang dihasilkan dari proses katabolisme protein dibawa oleh darah ke dalam jaringan untuk digunakan. Asam amino yang terdapat dalam darah berasal dari tiga sumber, yaitu absorpsi melalui dinding usus, hasil penguraian protein dalam sel dan hasil sintesis asam amino dalam sel (Poedjiadi, 1994).
Asam amino adalah monomer protein yang mempunyai dua gugus fungsi yaitu gugus amino dan gugus hidroksil. Jumlah asam amino yang terdapat di alam ada beratus – ratus jumlahnya, namun yang diketahui ikut membangun protein hanya sekitar 20 macam. Sifat asam amino antara lain memiliki titik leleh di atas 200 °C, larut dalam senyawa polar dan tidak larut dalam senyawa nonpolar serta memiliki momen dipol yang besar (Anonim a, 2011).
Beberapa Ciri protein sebagai berikut :
1.      Berat moleklnya besar, ribuan sampai jutaan, sehingga merupakan suatu makromolekul.
2.      Umumnya terdiri atas 20 asam amino
3.      Terdapatnya ikatan kimia lain, yang menyebabkan terbentuknya lengkungan-lengkungan rantai polipeptida menjadi stuktur tiga dimensi protein
4.      Stukturnya tidak stabil terhadap beberapa faktor seperti pH, radiasi , temperatur, medium pelarut organik, dan detergen.
5.      Umumnya reaktif dan sangat spesifik, disebabkan terdapatnya gugus samping yang reaktif dan susunan khas stuktural makromolekul.
           
          Organisasi Struktur Protein
          Struktur tiga dimensi dapat dijelaskan dengan mempelajari tingkat organisasi struktur, yaitu struktur primer, sekunder, tersier dan kuartener. Berbagai interaksi yang diperlukan untuk mempertahankan masing-masing struktur tersebut merupakan pemisah tingkat organisasi satu dengan lainnya.
          Rentetan asam amino dalam suatu molekul protein disebut struktur primer protein. Namun terdapat banyak hal pada struktur protein daripada hanya struktur primer. Banyak sifat suatu protein ditentukan oleh orientasi molekul sebagai suatu keseluruhan. Bentuk (misalnya suatu spiral) yang padanya suatu molekul protein menata kerangkanya, disebut struktur sekunder.
          Interaksi lebih lanjut seperti halnya kerangka  untuk membentuk suatu bulatan, disebut struktur tersier atau terjadinya folding (pelipatan) rantai alpha heliks, dll. Antaraksi antara sub-unit protein tertentu, seperti antara globin-globin dalam hemoglobin, disebut struktur kuartener.

Sifat Larutan Protein
1.      Sifat Asam Basa
        Sifat larutan asam basa suatu protein dalam larutan, sebagian besar ditentukan oleh gugus R asam aminonya yang dapat berionisasi. Gugus NH2 dan COOH yang terdapat pada kedua ujung rantai polipeptida sedikit sekali menunjang sifat asam-basa protein tersebut. Karena perbedaan macam protein ditentukan oleh urutan asam amino dan konformasi polipeptidanya, maka kemungkinan ionisasi gugus R itu dipengaruhi oleh gugus tetangganya.
        Seperti pada asam amoni bebas, protein juga mempunyai titik isoelektrik, yaitu pada pH yang menunjukkan jumlah muatan positif dan negatif sama dalam protein itu, sehingga pada keadaan ini daya larut protein minimum. Pada pH ini protein tidak akan bergerak bila diletakkan dalam medan listrik, pH isoelektriknya ditentukan oleh jumlah dan pK gugus R yang berionisasi. Dalam larutan yang pH nya diatas pH isoelektrik. Protein bermuatan negatif dan kanan bergerak ke anoda, pada pH sebaliknya protein bergerak ke katoda.
2.      Pemisahan Protein
        Pemisahan protein dari campuran yang terdiri dari atas berbagai macam sifat asam-basa, umuran dan bentuk protein, dapat dilakukan dengan cara eletroforesis, kromatografi, pengendapan dan perbedaan kelarutannya.
o   Elektroforesis
Cara ini didasarkan pada kecepatan bergerak yang berbeda-beda dari protein dalam medan listrik, pada pH tertentu. Cara in pertama kali dilakukan oleh Arne Tiselius pada tahun 1973.
o   Kromatografi
Penentuan dan pemisahan campuran protein dengan cara kromatografi dilakukan berdasarkan prinsip yang sama seperti untuk pemisahan dan analisa asam amino.
o   Pengendapan protein sebagai garam
Sebagian besar protein dapat diendapkan dari larutan air dengan penambahan asam tertentu, seperti misalnya, asam triklorasetat dan asam perklorat. Penambahan asam ini menyebabkan terbentuknya garam protein yang tidak larut. Zat pengendap lainnya adalah asam tungstat, fototungstat, dan metafosat. Protein juga dapat diendapkan dengan kation tertentu seperti Zn2+ dan Pb2+.
o   Pengendapan dengan cara perbedaan kelrutan
Berbagai protein globular mempunyai daya kelarutan yang berbeda di dalam air. Variabel yang mempengaruhi kelarutan ini adalah pH, kekuatan ion, sifat dielketrik pelarut dan temperatur.
Pemisahan protein dari campuran dengan pengaturan pH didasarkan pada harga pH isoelektrik yang berbeda-beda untuk tiap macam protein. Pada umumnya molekul protein mempunyai daya kelarutan minimum pada pH isoelektriknya. Pada Ph isoelektriknya bebrapa protein akan mengendap dari larutan, sehingga dengan cara pengaturan pH larutan, masing-masing protein dalam campuran dapat dipisahkan satu dari yang lainnya dengan teknik yang disebut pengendapan isoelektrik.
  
Denaturasi protein
Denaturasi suatu protein adalah hilangnya sifat-sifat struktur lebih tinggi oleh terkacaunya ikatan hidrogen dan gaya-gaya sekunder lain yang mengutuhkan molekul itu. Akibat suatu denaturasi adalah hilangnya banyak sifat biologis protein itu. Salah satu faktor yang menyebabkan denaturasi suatu protein ialah perubahan temperatur. Memasak putih telur merupakan contoh denaturasi yang tak reversibel. Suatu putih telur adalah cairan tak berwarna yang mengandung albumin, yakni protein globular yang larut. Pemanasan putih telur akan mengakibatkan albumin itu membuka lipatan dan mengendap; dihasilkan suatu zat padat putih.
Perubahan pH juga dapat menyebabkan denaturasi. Bila susu menjadi asam, perubahan pH yang disebabkan oleh pembentukan asam laktat akan menyebabkan penggumpalan susu (curdling), atau pengendapan protein yang semula larut. Faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan denaturasi adalah detergen, radiasi, zat pengoksidasi atau pereduksi (yang dapat mengubah hubungan S – S), dan perubahan tipe pelarut.
Beberapa protein (kulit dan dinding-dalam saluran pencernaan, misalnya) sangat tahan terhadap denaturasi, sedangkan protein-protein lain sangat peka. Denaturasi dapat bersifat reversibel jika suatu protein hanya dikenai kondisi denaturasi yang lembut, seperti sedikit perubahan pH. Jika protein ini dikembalikan ke lingkungan alamnya, protein ini dapat memperoleh kembali struktur lebih tingginya yang alamiah dalam suatu proses yang disebut renaturasi. Sayang renaturasi umumnya sangat lambat atau tidak terjadi sama sekali. Salah satu permasalahan dalam penelitian protein ialah bagaimana mempelajari protein tanpa merusakkan struktur lebih tingginya (struktur protein tersebut).

Fungsi Biologi Protein
o   Enzim
Protein yang paling bervariasi dan mempunyai kekhususan tinggi adalah protein yang mempunyai aktivitas katalisa, yakni enzim. Hamper semua reaksi kimia biomolekul organic di dalam sel dikatalisa oleh enzim. Lebih dari 2000 jenis enzim, masing-masing dapat mengkatalisa reaksi kimia yang berbeda, telah ditemukan di dalam berbagai bentuk kehidupan.
o   Protein Transport
Protein transport di dalam plasma darah mengikat dan membawa molekul atau ion spesifik dari satu organ ke organ lain Disini oksigen dilepaskan untuk melangsungkan oksidasi nutrient yang menghasilkan energi. Plasma darah mengandung lipoprotein, yang membawa lipid dari hati ke organ yang lain. Protein transport lain terdapat di dalam membrane sel dan menyesuaikan strukturnya untuk mengikat dan membawa glukosa, asam amino, dan nutrient lain membrane menuju ke dalam sel.
o   Protein Nutrien dan Penyimpan
Biji berbagai tumbuhan menyimpan protein nutrient yang dibutuhkan untuk pertumbuhan embrio tanaman. Terutama, contoh yang telah dikenal adalah protein biji dari gandum, jagung, dan beras. Ovalbumin protein utama putih telur, dan kasein protein utama susu merupakan contoh lain dari protein nutrient. Ferritin jaringan hewan merupakan protein penyimpan besi.
o   Protein Kontraktil atau Motil
Beberapa protein memberikan kemampuan kepada sel dan organisme untuk berkontraksi, mengubah bentuk, atau bergerak. Aktin dan miosin adalah protein filamen yang berfungsi di dalam sistem kontraktil otot kerangka dan juga di dalam banyak sel bukan otot. Contoh lain adalah tubulin, protein pembentuk mikrotubul. Mikrotubul merupakan komponen penting dari flagella dan silia yang dapat menggerakkan sel.
o   Protein Struktural
Banyak protein yang berperan sebagai filamen, kabel, atau lembaran penyanggah untuk memberikan struktur biologi kekuatan atau proteksi. Komponen utama dari urat dan tulang rawan adalah protein serabut kolagen, yang mempunyai daya tenggang yang amat tinggi.
o   Protein Pertahanan
Banyak protein mempertahankan organisme dalam melawan serangan oleh spesies lain atau melindungi organisme tersebut dari luka. Immunoglobulin atau anti-body pada vertebrata adalah protein khusus yang dibuat oleh limposit yang dapat m,engenali dan mengendapakan atau menetralkan serangan bakteri, virus, atau protein asing dari spesies lain. Fibrinogen dan trombin, merupakan protein penggumpal darah yang menjaga kehilangan darah jika sistem pembuluh terluka. Bisa ular, toksin bakteri, dan protein tumbuhan beracun, seperti risin, juga berfungsi di dalam pertahanan tubuh.
o   Protein Pengatur
Beberapa protein membantu aktivitas seluler. Diantara jenis ini terdapat sejumlah hormone seperti insulin, yang mengatur metabolisme gula dan kekurangannya menyebabkan penyakit diabetes. Hormone pertumbuhan dari pituary dan hormone paratiroid, yang mengatur transport Ca2+ dan fosfat. Protein pengatur lain, yang  disebut repressor mengatur biosintesa enzim oleh sel bakteri.
o   Protein lain
Terdapat banyak protein yang fungsinya agak eksotik dan tidak mudah diklasifikasikan. Monelin, suatu protein tanaman dari afrika yang mempunyai rasa yang amat manis.
Protein dapat dibagi menjadi dua golongan utama berdasarkan bentuk dan sifat-sifat fisik tertentu; protein globular dan protein serabut. Pada protein globular rantai atau rantai-rantai polipeptida berlipat rapat-rapat menjadi bentuk globular atau bulat yang padat. Protein globular biasanya larut di dalam system larutan  (air) dan segera berdifusi ; hampir semua mempunyai fungsi gerak atau dinamik. Hampir semua enzim merupakan protein globular, seperti protein transport pada darah, anti-bodi, dan protein penyimpan nutrient.
Protein serabut bersifat tidak larut di dalam air, merupakan molekul serabut panjang, dengan rantai polipeptida yang memanjang pada satu sumbu, dan tidak berlipat menjadi bentuk globular. Hamper semua protein serabut memberikan peranan structural atau pelindung. Protein serabut yang khas adalah α-keratin pada rambut dan wol, fibroin dari sutera dan kolagen dari urat.

VI.        Alat dan Bahan
Alat :
o   Pipet tetes
o   Gelas ukur
o   Beker gelas
o   Neraca analitik
o   Bunsen
o   Botol Reagen
o   Tabung reaksi
o   Rak tabung reaksi
o   Pengaduk / spatula
o   Penjepit tabung
o   Kaki tiga (penyangga)
o   Corong
o   Kertas saring
Bahan :
o   Reagen Millon
o   Aquadest
o   Larutan NaOH 2,5 N
o   Larutan CuSO4 0,01 M
o   Larutan HgCl2 0,2 M
o   Larutan timbal asetat 0,2 M
o   (NH4)2SO4
o   ­Asam Asetat 1 M
o   HCl 0,1 M
o   NaOH 0,1 M
o   Buffer Asetat, pH 4,7
o   Etil Alkohol 95%
o   Albumin 1%
o   Putih telur 1%
o   Kuning telur 1%
o   Susu cair 1%

VII.     Prosedur Percobaan
1.      Uji Biuret
Tambahkan 1 ml NaOH 2,5 N ke dalam 3 ml larutan protein dan aduk. Tambahkan setetes CuSO4 0,01 M. Aduk, jika tidak timbul warna, tambahkan lagi setetes atau 2 tetes CuSO4.
2.      Pengendapan dengan logam
Ke dalam 3 ml larutan protein tambahkan 5 tetes HgCl2 0,2 M. Ulangi percobaan dengan menggunakan Pb asetat 0,2 M.
3.      Pengendapan dengan Garam
Jenuhkan 10 ml larutan protein dengan ammonium sulfat. Untuk pekerjaan ini dilakukan pertama tambahkan jumlah sedikit dari garam tersebut, aduk hingga melarut. Tambahkan lagi sedikit ammonium sulfat dan aduk lagi. Kontinu sehingga sedikit garam tertinggal tidak terlarut. Apabila larutan jenuh kemudian disaring. Uji kelarutan endapan di dalam air. Uji endapan dengan reagen millon dan filtrat dengan uji biuret.
4.      Uji Koagulasi
Tambahkan 2 tetes HOAc 1 M ke dalam 5 ml larutan protein. Letakkan tabung dalam air mendidih selama 5 menit. Ambil endapan dengan batang pengaduk. Uji kelarutan endapan di dalam air. Uji endapan dengan reagen millon.
5.      Pengendapan dengan Alkohol
Tabung
1
2
3
Larutan Albumin
5 mL
5 mL
5 mL
HCl 0,1 M
1 mL
-
-
NaOH 0,1 M
-
1 mL
-
Buffer asetat pH 4,7
-
-
1 mL
Etil alcohol
6 mL
6 mL
6 mL

Tabung-Tabung mana yang menunjukkan protein tidak larut. Apakah kelarutan albumin dalam air pada titik isoelektriknya.
6.      Denaturasi Protein
Tabung
1
2
3
Larutan Albumin
9 mL
9 mL
9 mL
HCl 0,1 M
1 mL
-
-
NaOH 0,1 M
-
1 mL
-
Buffer asetat pH 4,7
-
-
1        mL

Tempatkan ketiga tabung dalam air mendidih selama 15 menit dan dinginkan pada temperature kamar. Dalam tabung mana yang kelihatan mengendap. Untuk tabung-tabung (1) dan (2) tambahkan 10 ml buffer asetat pH 4,7. tulis hasilnya.
VIII.       Hasil Pengamatan
NO
JUDUL PERCOBAAN
TUJUAN PERCOBAAN
PROSEDUR PERCOBAAN
HASIL PERCOBAAN
1.
Reaksi Uji Protein :
Uji Biuret
Untuk menguji kandungan yang terdapat di dalam protein.
Kuning Telur
3 ml Kuning Telur 5% + 1 ml NaOH 2,5 N lalu diaduk.
+  3 tetes CuSO4 0,01 M lalu diaduk.
3 ml Kuning Telur (tidak berwarna) + 1 ml NaOH 2,5 N (tidak berwarna) + 3 tetes CuSO4 0,01 M (tidak berwarna) → larutan berwarna ungu violet.
Putih Telur
3 ml Putih Telur 5% + 1 ml NaOH 2,5 N lalu diaduk.
+  3 tetes CuSO4 0,01 M lalu diaduk.
3 ml Putih Telur (tidak berwarna) + 1 ml NaOH 2,5 N (tidak berwarna) + 3 tetes CuSO4 0,01 M (tidak berwarna) → larutan berwarna ungu violet.
Susu
3 ml Susu 5% + 1 ml NaOH 2,5 N lalu diaduk.
+  3 tetes CuSO4 0,01 M lalu diaduk.
3 ml Susu (berwarna putih) + 1 ml NaOH 2,5 N (tidak berwarna) + 3 tetes CuSO4 0,01 M (tidak berwarna) → larutan berwarna ungu violet.
Albumin
3 ml Albumin 1% + 1 ml NaOH 2,5 N lalu diaduk.
+  3 tetes CuSO4 0,01 M lalu diaduk.
3 ml albumin (tidak berwarna) + 1 ml NaOH 2,5 N (tidak berwarna) + 3 tetes CuSO4 0,01 M (tidak berwarna) → larutan berwarna ungu violet.

NO
JUDUL PERCOBAAN
TUJUAN PERCOBAAN
PROSEDUR PERCOBAAN
HASIL PERCOBAAN
2
Reaksi uji protein : Pengendapan dengan logam
Untuk menguji kandungan yang terdapat di dalam protein.
Albumin
3 ml larutan albumin 1% + 5 tetes HgCl2 0,2 M
Albumin (kuning bening) + HgCl2 (tidak berwarna)  →  larutan putih keruh dan terbentuk endapan putih.
3 ml larutan albumin 1% + 5 tetes Pb(COOH)2 0,2 M
Albumin (kuning bening) + Pb(CH3COO)2 (tidak berwarna) → larutan putih keruh dan terbentuk endapan putih
Kuning Telur
3 ml kuning telur 5% + 5 tetes HgCl2 0,2 M
Kuning telur (tidak berwarna) + HgCl2 (tidak berwarna) → larutan putih keruh dan terbentuk endapan putih.
3 ml kuning telur 5% + 5 tetes Pb(COOH)2 0,2 M
Kuning telur (tidak berwarna) + Pb(CH3COO)2 (tidak berwarna) →
larutan semakin putih dan terbentuk endapan putih
Putih Telur
3 ml putih telur 5% + 5 tetes HgCl2 0,2 M
Putih telur (tidak berwarna) + HgCl2 (tidak berwarna) → larutan semakin putih dan terbentuk endapan putih.
3 ml putih telur 5% + 5 tetes Pb(COOH)2 0,2 M
Putih telur (tidak berwarna) + Pb(CH3COO)2 (tidak berwarna) →
 larutan sedikit lebih putih dibanding awal dan terbentuk endapan putih (lebih sedikit)
Susu
3 ml susu 5% + 5 tetes HgCl2 0,2 M
Susu cair (putih) + HgCl2 (tidak berwarna) → larutan putih dan terbentuk endapan putih
3 ml susu 5% + 5 tetes Pb(COOH)2 0,2 M
Susu cair (putih) + Pb(CH3COO)2 (tidak berwarna) → larutan putih dan terbentuk endapan putih





NO
JUDUL PERCOBAAN
TUJUAN PERCOBAAN
PROSEDUR PERCOBAAN
HASIL PERCOBAAN
3
Uji protein : Pengendapan dengan garam
Untuk menguji kandungan yang terdapat di   dalam protein.
1. Jenuhkan 10 ml larutan protein dengan amonium sulfat.      
Untuk pekerjaan ini dilakukan : pertama, tambahkan sedikit garam tersebut, aduk hingga melarut.
Tambahkan lagi sedikit ammonium sulfat dan aduk lagi, kontinu sehingga sedikit garam tertinggal tidak          terlarut.                               
2. Apabila larutan jenuh, kemudian disaring.
3. Uji kelarutan dari endapan di dalam air.
4. Uji endapan dengan reagen Millon dan filtrat denga uji Biuret.
Albumin
1.      Albumin 1% (bening) + (NH4)2SO(padatan putih) →  larutan berwarna putih dan sedikit mengental.
2.      Filtrat (bening) + Uji Biuret →  larutan berwarna ungu.
3.      Endapan (putih) + reagen Millon (bening) → endapan tidak larut dan berwarna         merah.
4.      Endapan (putih) + air →  endapan melarut dan larutan berwarna putih.
Kuning Telur
1.      Kuning telur 2% (kuning) + (NH4)2SO(padatan putih) → larutan berwarna kuning.
2.      Filtrat (bening) + Uji Biuret → larutan berwarna ungu.
3.      Endapan (putih) + reagen Millon (bening) →  endapan tidak larut dan berwarna         merah.
4.      Endapan (putih) + air  → endapan melarut.
Putih Telur
1.      Putih telur 2% (bening) + (NH4)2SO(padatan putih)  → larutan berwarna putih  dan mengental.
2.      Filtrat (bening) + Uji Biuret → larutan berwarna ungu.
3.      Endapan (putih) + reagen Millon (bening → endapan berwarna merah.
4.       Endapan (putih) + air → endapan melarut dan berwarna putih keruh.
Susu
1.     Susu cair 2% (putih) + (NH4)2SO(padatan putih → larutan berwarna putih.
2.      Filtrat (bening) + Uji Biuret → larutan berwarna ungu.
3.     Endapan (putih) + reagen Millon (bening) → endapan berwarna merah.
4.     Endapan (putih) + air → larutan putih dan melarut.

NO
JUDUL PERCOBAAN
TUJUAN PERCOBAAN
PROSEDUR PERCOBAAN
HASIL PERCOBAAN
4
Uji protein : Uji Koagulasi
Untuk menguji kandungan yang terdapat di dalam protein.
Tambahkan 2 tetes HOAc 1 M ke dalam 5 ml larutan protein. Letakkan tabung dalam air mendidih selama 5 menit. Ambil endapan dengan batang pengaduk. Uji kelarutan endapan di dalam air. Uji endapan dengan reagen Millon
Albumin
Albumin 1% (bening) + CH3COOH (bening) → larutan bening dan terdapat endapan putih. Endapan putih yang terbentuk lebih banyak. Disaring, dibagi 2 bagian :
1.     Endapan (putih) + air  → larutan putih dan endapan melarut.
2.     Endapan (putih) + reagen Millon (bening) → larutan bening dan endapan berubah menjadi merah bata.
3.     Filtrat + uji Biuret →  larutan ungu bening.
Kuning Telur
Kuning telur (kuning) + CH3COOH (bening) → larutan kuning dan terdapat endapan. Endapan kuning yang terbentuk lebih banyak. Disaring, dibagi 2 bagian :
1.     Endapan (kuning) + air → larutan kuning dan endapan melarut.
2.     Endapan (kuning) + reagen Millon (bening) → larutan bening dan endapan merah.
3.     Filtrat + uji Biuret → larutan ungu.
Putih Telur 2%




Putih telur (bening) + CH3COOH (bening) → endapan putih. Endapan yang terbentuk lebih banyak. Disaring, dibagi 2 bagian:
1.     Endapan (putih) + air → larutan putih dan endapan melarut.
2.     Endapan (putih) + reagen Millon (bening) → endapan merah dan tidak melarut.
3.     Filtrat + uji Biuret → larutan ungu.
Susu
Susu cair 2% (putih) + CH3COOH (bening) → larutan berwarna putih dan terbentuk endapan putih. Endapan yang terbentuk lebih banyak. Disaring, dibagi 2 bagian:
1.       Endapan (putih) + air → larutan putih dan endapan melarut.
2.       Endapan (putih) + reagen Millon (bening) → endapan merah dan tidak melarut.
3.       Filtrat + uji Biuret → larutan ungu.


NO
JUDUL PERCOBAAN
TUJUAN PERCOBAAN
PROSEDUR PERCOBAAN
HASIL PERCOBAAN
5
Uji protein : Uji pengendapan dengan alkohol
Untuk menguji kandungan yang terdapat di dalam protein.
Susu
5 ml larutan susu 4% + 1 ml HCl 0,1M + Etil alkohol 95%
Larutan susu (putih) + HCl 0,1m (larutan tidak berwarna) → larutan putih + etanol 95% (larutan tidak berwarna) → larutan keruh dengan endapan putih
5 ml larutan susu 4% + 1 ml NaOH 0,1M + Etil alkohol 95%
Larutan susu (putih) + NaOH 0,1m (larutan tidak berwarna) → larutan putih + etanol 95% (larutan tidak berwarna) → larutan keruh dengan endapan putih
5 ml larutan susu 4% + 1 ml Buffer asetat (pH 4,7)  + Etil alkohol 95%
Larutan susu (putih) + buffer asetat (larutan tidak berwarna) → larutan putih + etanol 95% (larutan tidak berwarna) → larutan keruh dengan endapan putih (reaksi eksoterm)

NO
JUDUL PERCOBAAN
TUJUAN PERCOBAAN
PROSEDUR PERCOBAAN
HASIL PERCOBAAN
6
Uji protein : Denaturasi protein
Untuk menguji kandungan yang terdapat di dalam protein.
Susu
9 ml larutan susu + 1 ml HCl 0,1 M  kemudian dipanaskan selama 15 menit, setelah dingin + 10 ml buffer asetat
9 ml susu (putih) + 1ml HCl (tidak berwarna) → larutan putih  larutan putih kemudian didinginkan → larutan putih keruh + endapan putih
9 ml larutan susu + 1 ml NaOH 0,1 M  kemudian dipanaskan selama 15 menit, setelah dingin + 10 ml buffer asetat
9 ml susu (putih) + 1ml NaOH (tidak berwarna) → larutan putih  larutan putih kemudian didinginkan → larutan kuning keruh
9 ml larutan susu + 1 ml buffer asetat  kemudian dipanaskan selama 15 menit
9 ml susu (putih) + 1ml buffer asetat (tidak berwarna) → larutan putih  larutan putih kemudian didinginkan → larutan putih keruh + endapan putih lebih banyak


XII.     Daftar Pustaka
Lehninger, Albert L, 1982. “Dasar-Dasar Biokimia Jilid I”. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Sukaryawan, Made. 2011. Petunjuk Praktikum Biokimia. Universitas Sriwijaya:Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

Poedjadi, Anna. 1994. ”Dasar-Dasar Biokimia”. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia Press.
 
XIII.  Jawaban Pertanyaan
Uji Biuret :
1.      Warna apa yang terjadi?
Jawaban: Warna ungu/violet
2.      Mengapa harus dihindarkan kelebihan CuSO4?
Jawaban: Harus dihindarkan kelebihan CuSO4 karena akan menghasilkan warna larutan yang lebih pekat atau akan terbentuk garam amonium.
3.      Mengapa garam ammonium mengganggu?
Jawaban: Karena garam amonium akan mengganggu pengamatan terhadap warna larutan.
4.      Sebutkan dua macam zat lain selain protein yang memberikan uji biuret positif?
Jawaban: Zat lain yang memberikan uji biuret positif yaitu histidin dan serin, juga urea.

Pengendapan Dengan Logam :
1.      Apa hasilnya?
Jawaban: Hasilnya adalah terbentuknya endapan putih.
2.      Terangkan mengapa putih telur digunakan sebagai antidote pada keracunan Pb dan Hg?
Jawaban: Putih telur digunakan sebagai antidote pada keracunan Pb dan Hg karena protein atau putih telur dapat mengikat Pb dan Hg.

Pengendapan dengan garam
1.      Terangkan hasil-hasilnya?
Jawaban: Larutan protein setelah ditambah garam amonium sulfat akan membentuk endapan, yang positif terhadap positif terhadap uji Millon membentuk endapan merah bata. Dari semua sampel hanya albumin yang memberikan warna merah muda. Dari kelarutannya hanya sampel susu cair yang sukar melarut didalam air (pelarut), sedangkan ke-4 sampel lainnya tidak mengalami kesulitan pada proses kelarutan.

Uji Koagulasi
1.      Mengapa ditambahkan asam?
Jawaban: Ditambahkan asam bertujuan untuk mengkoagulasikan protein.
2.      Protein apa yang menggumpal pada pendidihan?
Jawaban: protein yang menggumpal yakni sampel protein susu bubuk yang berdasarkan hasil pengamatan menghasilkan gumpalan pada proses pemanasan.

Uji pengendapan dengan pada alkohol
1.      Apakah kelarutan albumin dalam air terjadi pada titik isoelektriknya?
Jawaban: Ya, Kelarutan albumin dalam air terjadi pada titik isoelektriknya yang ditandai dengan endapan berwarna putih.

Uji Denaturasi
1.      Sifat fisik apakah dari protein yang mempengaruhi kelarutan protein dalam percobaan?
Jawaban: Sifatnya sangat peka terhadap lingkungan, apabila konfirmasi molekul protein berubah, misalnya oleh perubahan suhu, pH atau karena terjadinya suatu reaksi dengan senyawa lain, maka keaktifan biokimianya berkurang. Hal ini dinamakan dengan denaturasi.
2.      Metode lain yang dapat digunakan pada denaturasi protein?
Jawaban: yaitu metode pemanasan, metode kromatografi dan metode pemurnian enzim.
3.      Perubahan apa yang berhubungan dengan denaturasi protein?
Jawaban: perubahan suhu, pH, dan pelarut organik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar