REAKSI UJI TERHADAP ASAM AMINO
I.
Nomor Pecobaan : I
II.
Tanggal Percobaan : 27 Februari 2013
III.
Judul Percobaan : Reaksi Uji Terhadap Asam amino
IV.
Tujuan percobaan : Untuk mengetahui uji positif dan negatif terhadap asam
amino.
V.
Dasar Teori
Asam amino adalah asam karboksilat yang mempunyai gugus amino. Asam amino
yang terdapat sebagai komponen protein mempunyai gugus –NH2 pada
atom karbon α dari posisi gugus –COOH. Dari rumus umum tersebut dapat dilihat
bahwa atom karbon α ialah atom karbon asimetrik, kecuali bila R ialah atom H.
Oleh karena itu asam amino juga memiliki sifat memutar bidang cahaya
terpolarisasi atau aktivitas optik. Rumus molekul dapat digambarkan dengan
model bola atau batang dengan rumus proyeksi Fischer. Oleh karena atom karbon
itu asimetrik, maka molekul asam amino mempunyai dua konfigurasi D dan L. Hal
ini dapat dibandingkan dengan konfigurasi molekul monosakarida (Poedjiadi,
1994).
Rumus struktrur dari asam amino secara umum adalah:
|
Gambar 1 : Struktur
umum asam amino
|
Asam amino paling sederhana adalah asam aminoasetat (H2NCH2COOH),
yang disebut glisin, yang tidak memiliki rantai samping dan karena itu tidak
mengandung satu karbon kiral. Semua asam amino lain memiliki rantai
samping, dan karena itu karbon a-nya bersifat kiral.
Asam amino dapat pula terdapat dalam protein. Semua
asam amino (20) yang ditemukan pada protein mempunyai ciri yang sama, gugus
karboksil dan gugus amino diikat pada atom karbon yang sama. Masing-masing
berbeda satu dengan yang lainnya pada rantai sampingnya, atau gugus R, yang
bervariasi dalam struktur, ukuran muatan listrik dan kelarutan di dalam air.
Ke-20 asam amino pada protein seringkali dipandang sebagai asam amino baku,
utama, atau normal, untuk membedakan molekul-molekul ini dari
jenis-jenis asam amino lain yang ada pada organisme hidup, tetapi tidak
terdapat di dalam protein. Asam amino baku dapat dinyatakan dengan singkatan
tiga huruf atau lambang satu huruf yang digunakan secara ringkas untuk
menunjukkan komposisi dan urutan asam amino di dalam rantai polipeptida.
Susunan Asam Amino
Struktur asam amino yang terdapat dalam protein
ditemukan dalam bentuk ionik. Warna hitam menunjukkan bagian yang umum pada
semua asam amino pada protein (kecuali prolin).
Asam amino satu dengan yang lainnya akan bersambung
membenrtuk struktur primer protein oleh ikatan peptida. Susunan asam amino
menentukan sifat struktur sekunder dan tersier. Hal ini akan mempengaruhi
secara bermakna sifat-sifat fungsiu protein makanan dan perilakuknya selama
pemrosesan. Dari 20 asam amino, hanya 8 asam amino yang merupakan asam amino
esensial yang terdapat dalam protein dan ketersediaannya menentukan kualitas
gizi protein. Pada umumnya, kualitas protein hewan lebih tinggi daripada
kualitas protein tumbuhan. Protein tumbuhan dapat ditingkatkan mutu gizinya
dengan pencampuran secara bijaksana atau dengan modifikasi genetik melalui
persilangan.
Semua asam amino yang ditentukan pada protein
mempunyai ciri yang sama, gugus karboksil, dan gugus amino diikat pada atom
karbon yang sama. Masing-masing berbeda satu dengan yang lain pada rantai
samping atau gugus R, yang bervariasi dalam struktur, ukuran, muatan listrik,
dan kelarutan dalam air. Kedua puluh sama amino pada protein sering kali
dipandang sebagai asam amino baku, utama atau normal untuk membakar.
Molekul-molekul ini dari jenis-jenis asam amino lain yang ada pada organisme
hidup, tetapi tidak terdapat di dalam protein. Asam amino baku dapat dinyatakan
dengan singkatan tiga huruf atau lambang satu huruf yang digunakan sebagai cara
ringkas untuk menunjukkan komposisi dan urutan asam amino di dalam rantai
polipeptida.
Asam amino pertama kali ditemukan adalah asparagin,
pada tahun 1806. sedangkan asam amino yang terakhir adalah treonin, yang
belum teridentifikasi hingga tahun 1938. semua asam amino memiliki nama biasa
atau umum, yang kadang-kadang diturunkan dari sumber pertama-pertama molekul
ini diisolasi.
Di dalam larutan, asam amino terisolasi dan bersifat
sebagai asam atau basa. Pengetahuan mengenai sifat-sifat asam basa dari asam amino
sangat penting di dalam pengertian pengetahuan mengenai sifat protein. Seni
pemisahan, identifikasi dan kuantifikasi asam amino yang berbeda, yang
merupakan tahap penting dalam menentukan komposisi dan urutan asam amino dari
molekul protein, didasarkan atas tingkah laku asam basa yang khas.
Asam-asam -amino yang mempunyai gugus amino tunggal
dan gugus akroboksil tunggal mengkriskal dari larutan netral dalam bentuk ion
penuh, yang disebut ion polar atau zwiterion. Walaupun ion polar bersifat
netral dan tidak bergerak di dalam medan listrik, ion ini mempunyai muatan
listrik yang berlawanan pada kedua kutubnya.
Sifat asam amino dalam larutan, maka ia akam
terionisasi dan dapat bersifat sebagai asam atau basa. Sifat-sifat asam dan
basa ini sangat penting didalam pengertian pengetahuan mengenai sifat protein.
Hal ini sangat penting diterapkan dalam seni pemisahan, identifikasi, dan
kuatifikasi asam amino yang berbeda, yaitu dalam hal menentukan komposisi dan
urutan asam amino dari molekul protein, yang didasarkan atas tingkah laku
asam basa yang khas.
Hampir semua asam amino baku, keculai satu mempunyai
atom karbon asimetrik, karbon, yang mengikat empat gugus
substituen yang berbeda, yakni, gugus karboksil, gugus amino, gugus R, dan atom
Hidrogen. Atom karbon asimetrik karenanya, merupakan pusat khiral.
Seperti yang telah diketahui, senyawa dengan pusat khiral terdapat dua
bentuk isomer yang berbeda, yang bersifat identik dalam semua sifat kimia dan
fisiknya, kecuali satu, yakni arah perputaran sinar terpolarisasi didalam
polarimeter. Kesemua dari 20 asam amino yang diperoleh dari hidrolisa protein
dengan kondisi yang cukup ringan, bersifat optik aktif; yakni senyawa-senyawa
ini dapat memutar sinar bidang polarisasi meuju ke suatu arah atau
kebalikannya. Karena susunan tetrahedral ikatan valensi disekitar atom
karbon pada asam amino, keempat gugus substituen yang berbeda ini dapat
menempati dua susunan yang berbeda dalam ruang, yang merupakan bayanngan cermin
yang tidak saling menutupi sesamanya. Kedua bentuk ini dinamakan isomer
optik, enensiomer, atau stereoisomer.
Dan bila protein dilarutkan ke dalam larutan asam atau
basa kuat, maka unit pembangun asam amino dibebaskan dari ikatan kovalen yang
menghubungkan molekul-molekul ini menjadi rantai. Asam amino yang bebas yang
terbentuk merupakan molekul yang relatif kecil, dan struktur masing-masing
telah diketahui.
Klasifikasi asam amino
Cara yang digunakan untuk mengklasifikasikan asam
amino ada beberapa. Misalnya cara yang mendasar pada jumlah gugus karbonil dan
gugus asam amino yang dikandung senyawa itu. Cara lain ialah yang mendasar pada
sifat gugus R. Pemilahan asam amino yang demikian itu erat hubungannya dengan
struktur konfigurasi protein. Sebagai contoh : protein yang sebagian besar
tediri dari glisin , dengan gugus R adalah H, maka protein tadi struktur
konfigurasinya sangat sederhana. Bentuknya kan sangat berbeda andai kata
protein tadi tersusun oleh asam amino yang mengandung R bermuatan. Gugus R yang
bermuatan tadi dalam rantai polipeptida akan saling menolak atau mengikat
sehingga rantai tadi melipat dan cenderung membentuk melipat globula.
Struktur ke-20 asam amino dibagi menjadi 4 golongan,
yaitu: (1) golongan dengan gugus R nonpolar atau hidrofobik, (2) golongan
dengan gugus R polar, tetapi tidak bermuatan, (3) golongan dengan gugus R
bermuatan negatif, (4) golongan dengan gugus R bermuatan positif.
Delapan Asam Amino Mempunyai Gugus Nonpolar
Gugus R di dalam golongan ini merupakan
hidrokarbon. Lima asam amino dengan gugus R alifatik (alanin, valin, leusin,
isoleusin, dan prolin), dua dengan lingkaran aromatik (fenilalanin dan
triptofan), dan satu yang mengandung sulfur (metionin). Kelarutan
asam amino golongan ini kurang bila dibandingkan dengan golongan asam amino
yang mempunyai gugus polar yang tidak bermuatan. Hal itu disebabkan oleh gugus
R yang tidak polar. Hidrofobik adalah sifat golongan ini. Hidrofobik ada;ah
sifat fobi terhadap air dan bilamana asam amino itu terdapat pada rantai
polimer protein maka asam tersebut cenderung malipat dalam gumpalan protein
itu.
Golongan Asam Amino Mempunyai Gugus Polar Tidak Bermuatan
Gugus R dari asam amino polar lebih larut dalam air,
atau lebih hidrofilik, dibandingkan dengan asam amino nonpolar, karena golongan
ini mengandung gugus fungsionil yang membentuk ikatan hidrogen dengan air.
Golongan ini meliputi glisin, serin, treonin, sistein, tirosin, asparagin,
dan glutamin. Polaritas yang dimaksud disebabkan karena gugus OH pada
serin, treonin, tirosin, gugus –SH pada sistein dan gugus –NH2 pada
asparagin dan glutamin. Mereka dapat ikat-mengikat dengan air (atau zat pelarut
polar lainnya) melalui ikatan jembatan hidrogen, inilah yang menyebabkan sifat
larut dari asam amino golongan ini.
Golongan Asam Amino yang Mempunyai Gugus R yang Bermuatan Negatif (Asam)
Golongan asam amino ini mengandung gugus R yang
bermuatan total negatif pada pH 7,0. asam amino ini meliputi asam aspartat
dan asam glutamat, yang masing-masing memiliki tambahan gugus karboksil.
Golongan Asam Amino yang Mempunyai Gugus R Bermuatan Positif (Basa)
Golongan asam amino ini mempunyai gugus R dengan
muatan total positif pada pH 7,0. asam amino ini meliputi lisin, arginin,
dan histidin.
Sifat dan reaksi asam amino
Asam amino dapat membentuk ester, bila direaksikan
dengan alkohol degan bantuan katalisator asam. Ester ini mudah menguiap yang
selanjutnya dapat dipisahkan dengan jalan penyulingan bertingkat. Bila asam
amino direaksikan dengan asam nitrit , timbullah gas N2 yang berasal
dari gugus NH2.
Untuk mengetahui adanya jenis asam amino terminal pada
suatu rantai polipeptida, maka protein direaksikan dengan dinitrofluorobenzena.
Persenyawaan ini setelah dihidrolisis menghasilkan turunan dinitrofluorobenzena
dan sisa peptida.
Denaturasi
Sebagian besar molekul protein menampakkan aktivitas
biologiknya pada kisaran pH dan suhu tertentu. Pada pH dan suhu yang tinggi
maka protein globular mengalami fisik yang dinamakan Denaturasi. Salah satu
sifat yang tampak adalah kelarutannya yang menurun. Pembentukan gumpalan putih
pada bagian telur yang putih merupakan salah satu contoh terdenaturasi.
Struktur primer protein diatas
tidak mengalami perubahan. Secara umum denaturasi adalah peristiwa penyimpangan
dari sifat alamiah senyawa bersangkutan, dalam hal ini adalah protein.
Reaksi Uji Asam Amino
o Reaksi Milon
Reaksi milon
adalah larutan merkuro dan merkuri nitrat dalam asam nitrat. Apabila pereaksi
ini ditambahkan pada larutan protein, akan menghasilkan endapan puih yang dapat
berubah menjadi merah oleh pemanasan. Pada dasarnya reaksi ini positif untuk
fenol-fenol, karena terbentuknya senyawa merkuri dengan gugus hidroksifenil
yang berwarna. Protein yang mengandung tirosin akan menghasilkan hasil positif.
o Reaksi Ninhidrin
Reaksi
ninhidrin dapat dipakai untuk penentuan kuantitatif asam amino. Dengan
memanaskan campuran asam amino dan ninhidrin, terjadilah larutan berwarna ungu
yang identitasnya dapat ditentukan dengan cara spektrofotometri. Semua asam
amino dan peptida yang mengandung gugus a amino bebas
memberikan reaksi ninhidrin yang positif. Prolin dan hidroksiprolin yang gugus
aminonya tersubstitusi, memberikan hasil reaksi lain yang berwarna kuning.
o Reaksi
Hopkins-Cole
Reagen yang
digunakan dalam uji hopkins-Cole mengandung asam glioksilat (CHO.COOH). Karena
triptofan berkondensasi dengan aldehid dalam suasana asam sulfat dan membentuk
kompleks berwarna. Pereaksi ini dibuat dari asam
oksalat dengan serbuk magnesium dalam air.
Setelah
dicampur dengan pereaksi Hopkins-Cole. Asam sulfat dituangkan perlahan-lahan
sehingga membentuk lapisan dibawah larutan protein. Beberapa saat kemudian akan
terjadi cincin ungu pada batas antara kedua lapisan tersebut. Pada dasarnya
reaksi ini memberi hasil positif khas untuk gugus indol dalam protein.
VI.
Alat dan Bahan
Alat :
o
Tabung reaksi
o
Pipet Tetes
o
Gelas Kimia
o
Penjepit Kayu
o
Botol Reagen
o
Rak Tabung Reaksi
o
Spatula
o
Batang Pengaduk
o
Neraca Analitik
o
Gelas Ukur
o
Bunsen
Bahan
:
Uji
Millon
o
Larutan Protein (Tirosin, Tritofan,
alanin, Prolin, Glisin, Kuning Telur, Putih Telur dan Susu).
o
Reagen Millon ( larutkan 10 gr mercuri
dalam 20 ml asam nitrat pekat. Apabila telah melarut semua dan uap coklat tak
kelihatan lagi, encerkan dengan 60 ml air.
Uji
Hopkins-Cole
o
Larutan Protein (Tirosin, Tritofan,
alanin, Prolin, Glisin, Kuning Telur, Putih Telur dan Susu).
o
Reagen Hopkins-Cole
o
H2SO4 pekat
Uji
Ninhidrin
o
Larutan Ninhidrin 0,1%
o
Larutan Protein (Tirosin, Tritofan,
alanin, Prolin, Glisin, Kuning Telur, Putih Telur dan Susu).
VII. Prosedur
Percobaan
1.
Uji Millon
Menambahkan 5
tetes reagen Millon ke dalam 3 ml larutan protein, panaskan campuran baik-baik.
Jika reagen yang yang digunakan terlalu banyak, maka warna akan hilang pada
pemanasan.
2.
Uji Hopkins-Cole
Kedalam 2 ml larutan protein
tambahkan 2 ml ragen Hopkins-Cole. Tambahkan sedikit demi sedikit 5 ml larutan
H2SO4 melalui dinding tabung reaksi. Amati warna yang
terbentuk diantara dua cairan. Jika perlu pputar perlahan-lahan tabung
tersebut, sampai terbentuk cincin berwarna.
3.
Uji Ninhidrin
Tambahkan 0,5
ml larutan ninhidrin 0,1 % ke dalam 3 ml larutan protein. Panaskan hingga
mendidih. Ulangi percobaan dengan menggunakan glisin.
XII. Pembahasan
Praktikum ini membahas mengenai uji asam
amino dengan reaksi reagen millon, reagen hopkins-cole, dan reagen ninhidrin.
Asam amino yang diuji ada 8 asam amino yang terdiri dari glisin, alanin,
tryptopan, tyrosin, prolin, albumin, asam glutamate, glutamine.
Pada percobaan yang menggunakan reagen
ninhidrin, perlakuannya hampir sama dengan uji million, hanya saja dengan
menggunakan volume reagen ninhidrin lebih banyak dari millon. Pada asam amino
glisin, tryptopan, terjadi perubahan setelah dipanaskan menjadi warna ungu, hal
ini dikarenakan asam amino tersebut mengandung gugus amino bebas,
sehingga dikatakan reaksi ini positif terhadap uji ninhidrin. Semakin pekat
warna ungu yang dihasilkan maka akan semakin besar konsentrasinya dikarenakan
intensitas warna yang dihasilkan. Namun berbeda dengan prolin yang warnanya
berubah jadi warna kuning, hal ini dikarenakan prolin tidak terdapat gugus
amino bebas, gugus aminonya tersubstitusi sehingga dikatakan reaksi
negatif terhadap uji ninhidrin.
XIII. Kesimpulan
o
Uji Ninhidrin merupakan uji warna pada protein dengan
membentuk larutan berwarna ungu akibat adanya gugus amino bebas.
o
Reaksi positif ditunjukkan oleh asam amino pada Uji
Ninhidrin adalah glisin dan tryptopan. Sedangkan Reaksi negatif ditunjukkan
oleh asam amino adalah prolin.
XIV. Daftar
Pustaka
Fessenden, Ralph J., Joan S. Fessenden. 1997. Dasar-dasar Kimia Organik. Binarupa Aksara, Jakarta.
Lehninger, 1982. Dasar-dasar
Biokimia. Jakarta : Erlangga.
Poedjiadi, A. 1994. Dasar-dasar
Biokimia. Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Tim Penyusun. 2006. Penuntun
Praktikum Biokimia Umum. Laboratorium Biokimia. Universitas Hasanuddin,
Makassar.