Sabtu, 05 Oktober 2013

Praktikum Biokimia I Lipid



LAPORAN TETAP PRAKTIKUM BIOKIMIA I

       I.            Nomor Percobaan       : X (Sepuluh)
    II.            Nama Percobaan         : Lipid
 III.            Tujuan Percobaan        :
-          Untuk menguji tingkat pelarutan sampel.
-          Untuk menguji kandungan kolesterol pada sampel.
-          untuk menguji ketidak jenuhan dari lipid.
-          untuk melihat perbandingan antara 3 sampel berdasarkan busa yang dihasilkan.
-          untuk menguji gliserol pada lipid.
-          untuk melihat kandungan fosfat pada lipid.
 IV.            Dasar Teori
Senyawa satu kelompok senyawa organik yang terdapat dalam tumbuhan, hewan atau manusia dan yang sangat berguna bagi kehidupan manusia ialah lipid. Untuk memberikan definisi yang jelas tentang lipid sangat sukar, sebab senyawayang termasuk lipid tidak mempunyai rumus struktur yang serupa atau mirip. Sifat kimia dan fungsi biologinya juga berbeda-beda. Walaupun demikian, para ahli biokimia bersepakat bahwa lemak dan senyawa organik yang kelompok yang disebut lipid. Adapun sifat fisika yang dimaksud adalah (Poedjiadi dan Supriyanti, 2009):
1.      Tidak larut dalam air, tetapi larut dalam satu atau lebih dari satu pelarut organik misalnya eter, aseton, kloroform, benzena, yang sering juga disebut “pelarut lemak”.
2.      Ada hubungan dengan asam-asam lemak atau esternya.
3.      Mempunyai kemungkinan digunakan oleh makhluk hidup.
Lipid merupakan komponen penting dalam membran sel, termasuk diantaranya fosfolipid, glikolipid, dan dalam sel hewan adalah kolesterol. Fosfolipid memiliki banyak kerangka gliserol (fosfogliserida) atau sfingosina (sfingomylin). Serebrosida mengandung glukosa dan galaktosa dan dengan kerangka sfingosina termasuk dalam glikolipid. Kolesterol merupakan senyawa induk bagi steroid lain yang disintesis dalam tubuh. Steroid tersebut adalah hormon-hormon yang penting seperti hormon korteks adrenal serta hormon seks, vitamin D, dan asam empedu (Tim Dosen Biokimia, 2011).
Lipid adalah salah satu kategori molekul biologis yang besar yang tidak mencakup polimer. Senyawa yang disebut lipid dikelompokkan bersama karena memiliki satu ciri penting: lipid tidak memiliki atau sedikit sekali afinitasnya terhadap air. Perilaku hidrofobik lipid didasarkan berdasarkan struktur molekulernya (Tim Dosen Biologi UPT MKU, 2010).
Senyawa-senyawa yang termasuk lipid ini dapat dibagi dalam beberapa golongan. Ada beberapa cara penggolongan yang dikenal. Bloor membagi lipid dalam tiga golongan  besar, yakni: (1) lipid sederhana, yaitu ester asam lemak dengan berbagai alkohol, contohnya lemak atau gliserida dan lilin (waxes); (2) lipid gabungan yaitu ester asam lemak yang mempunyai gugus tambahan, contohnya fosfolipid, serebrosida; (3) derivat lipid, yaitu senyawa yang dihasilkan oleh proses hidrolisis lipid, contohnya asam lemak, gliserol, dan sterol. Disamping itu, berdasarkan sifat kimia yang penting, lipid dapat dibagi dalam dua golongan yang besar, yakni lipid yang dapat disabunkan, yakni dapat dihidrolisis dengan basa, contohnya lemak, dan lipid yang tidak dapat disabunkan, contohnya steroid (Poedjiadi dan Supriyanti, 2009).
Lemak dan minyak merupakan senyawa ester dari gliserol yang disebut juga trigliserida atau triagliserol (Santoso, 2008).
Lemak dan minyak dapat dibedakan berdasarkan pada titik lelehnya. Pada suhu kamar, lemak berwujud padat, sedangkan minyak berwujud cair. Titik leleh dari lemak dan minyak tergantung pada strukturnya, umumnya meningkat dengan bertambahnya jumlah atom karbon. Banyaknya ikatan ganda dua karbon-karbon dalam komponen asam lemak juga sangat berpengaruh. Trigliserida yang mengandung banyak asam lemak tak jenuh, seperti asam oleat dan linoleat akan berwujud lemak (padat), contohnya lemak sapi. Reaksi hidrogenasi mengubah minyak nabati menjadi lemak, misalnyapada industri margarin. Serbuk logam nikel (sebagai katalis) didispersikan ke dalam minyak panas selanjutnya diadisi dengan hidrogen sehingga ikatan ganda dua dari asam lemak tak jenuh menjadi jenuh dan membentuk lemak. Contohnya, hidrogenasi pada triolien (titik leleh 17oC) menghasilkan tristearin (titik leleh 55oC) (Tim Dosen Kimia UPT MKU, 2011).
Lemak dan minyak merupakan bagian terbesar dan terpenting kelompok lipid, yaitu sebagai komponen makanan utama bagi organisme hidup. Lemak dan minyak penting bagi manusia karena adanya asam-asam lemak esensial yang terkandung di dalamnya. Fungsinya dapat melarutkan vitamin A, D, E, dan K yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Kemudian, lemak dan minyak merupakan sumber energi yang lebih efisien dibandingkan dengan karbohidrat dan protein. Satu gram lemak atau minyak dapat menghasilkan 9 kkal, sedangkan karbohidrat dan protein hanya menghasilkan 4 kkal setiap gram (Tim Dosen Biokimia, 2011).
Dalam pembuatan lemak, tiga asam lemak masing-masing berikatan dengan gliserol melalui ikatan ester, suatu ikatan antara gugus hidroksil dan gugus karboksil. Lemak yang juga disebut triasigliserol, dengan demikian terdiri atas tiga asam lemak yang berikatan dengan satu molekul gliserol (Tim Dosen Biologi UPT MKU, 2010).
Gliserol ialah suatu trihidroksi alkohol yang terdiri atas tiga atom karbon. Jadi tiap atom karbon mempunyai gugus –OH. Satu molekul gliserol dapat mengikat satu, dua, atau tiga molekul asam lemak dalam bentuk ester, yang disebut monogliserida, digliserida, atau trigliserida (Poedjiadi dan Supriyanti, 2009).
Trigliserida adalah triester dari asam lemak dan gliserol. Asam lemak adalah karboksilat berantai panjang, yang umumnya memiliki jumlah atom karbon genap, jarang yang bercabang, dan dapat memiliki satu atau lebih ikatan rangkap dua (tidak jenuh). Sifat fisik maupun sifat kimia dari trigliserida sangat ditentukan oleh jenis asam lemak pembentuknya. Tingkat kejenuhan dan ketidakjenuhan dari asam lemak menentukan titik leleh dari trigliserida yang dibentuknya. Asam lemak jenuh umumnya rantainya memanjang dan lebih teratur Jika terdapat ikatan ganda dua cis dalam rantai asam lemak, maka rantainya akan membelok dan tidak teratur. Semakin banyak terdapat ikatan ganda dua dalam rantai asam lemak, semakin tidak teratur strukturnya dan semakin rendah titik lelehnya (Tim Dosen Kimia UPT MKU, 2011).
Secara kimiawi, lemak dan minyak adalah trigliserida yang merupakan ester dari gliserol dan asam lemak rantai panjang. Senyawa terbentuk dari hasil kondensasi satu molekul gliserol dengan tiga molekul asam lemak (Tim Dosen Biokimia, 2011).
Pada umumnya, lemak apabila dibiarkan lama di udara akan menimbulkan rasa dan bau yang tidak enak. Hal ini disebabkan oleh proses hidrolisis yang menghasilkan asam lemak bebas. Di samping itu, dapat pula terjadi proses oksidasi terhadap asam lemak tidak jenuh yang hasilnya akan menambah bau dan rasa yang tidak enak. Oksidasi asam lemak tidak jenuh  akan menghasilkan peroksida dan selanjutnya akan terbentuk aldehida. Inilah yang menyebabkan terjadinya bau dan rasa yang tidak enak atau tengik. Kelembaban udara, cahaya, suhu tinggi dan adanya bakteri perusak adalah faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya ketengikan lemak (Poedjiadi dan Supriyanti, 2009).
Lemak dan minyak yang teroksidasi akan membentuk peroksida dan hidroperoksida yang dapat terurai menjadi aldehida, keton, dan asam-asam lemak bebas. Hasil oksidasi tidak hanya mengakibatkan rasa dan bau yang tidak enak, tetapi dapat pula menurunkan nilai gizi karena kerusakan vitamin dan asam-asam lemak esensial dalam lemak. Reaksi oksidasi dipercepat dengan adanya cahaya, pemanasan, atau katalis logam seperti Cu, Fe, Co, dan Mn. Lemak dan minyak yang sangat tengik mempunyai keasaman yang rendah. Proses ketengikan dapat dihambat salah satunya dengan penambahan zat antioksidan seperti vitamin E, vitamin C, polifenol, dan hidroquinon (Tim Dosen Biokimia, 2011).
Kolesterol adalah salah satu sterol yang penting dan terdapat banyak di alam di alam. Kolesterol terdapat pada hampir semua sel hewan dan semua manusia. Pada tubuh manusia, kolesterol terdapat dalam darah, empedu, kelenjar adrenal bagian luar (adrenal cortex), dan jaringan syaraf. Mula-mula kolesterol diisolasi dari batu empedu karena kolesterol ini merupakan komponen utama batu empedu tersebut. Kolesterol dapat larut dalam pelarut lemak, misalnya eter, kloroform, benzena, dan alkohol panas. Apabila terdapat dalam konsentrasi tinggi, kolesterol mengkristal dalam bentuk kristal yang tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau, serta mempunyai titik lebur 150-151oC.  Endapan kolesterol apabila
terdapat dalam pembuluh darah dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah karena dinding pembuluh darah menjadi makin tebal. Hal ini mengakibatkan juga berkurangnya elastisitas pembuluh darah. Dengan demikian, maka aliran darah akan terganggu (Poedjiadi dan Supriyanti, 2009).

       I.            Alat dan Bahan
Alat :
o   Tabung Reaksi
o   Rak Tabung Reaksi
o   Pipet Tetes
o   Gelas Kimia
o   Gelas Ukur
o   Kertas Saring
o   Bunsen
o   Mortal dan Alu
o   Penjepit Kayu

Bahan :
o   Margarin
o   Minyak
o   Ikan Patin
o   H2O
o   Aseton
o   Kloroform
o   Etanol
o   Larutan Iodin dalam Kloroform
o   Padatan KHSO4
o   KOH
o   NaOH
o   Asam Asetat Glasial
o   H2SO4
o   HNO3 6M
o   Molybdat

    II.            Prosedur Percobaan
1.      Uji Kelarutan
§  Pelarut air
Siapkan 3 tabung reaksi yang telah berisi 10 tetes air kemudian masukkan minyak, margarin dan larutan ikan patin pada setiap tabung reaksi masing-masing 2 tetes (larutan yang didapat dianggap larutan A), kemudian siapkan kertas saring lalu teteskan sebanyak 2 tetes larutan A dan keringkan. Apabila larutan yang diteteskan menempel pada kertas saring menunjukkan bahwa larutan tersebut larut. Apabila larutan yang diteteskan tidak menempel pada kertas saring menunjukkan bahwa larutan tersebut tidak larut.
Note : lakukan hal yang sama untuk pelarut aseton, etanol dan kloroform. Dan larutan yang didapatkan dengan pelarut etanol jangan dibuang.
Larutan etanol (lipid + etanol)
Pada setiap tabung reaksi tambahkan 1 ml aquadest lalu dikocok, catat apa yang terjadi (t0) dan diamkan selama 5 menit perubahan apa yang terjadi (t5)
Emulsi
Siapkan 2 buah tabung reaksi masing-masing berisi 3 ml aquadest kemudian tabung pertama tambahkan 2 tetes minyak dan tabung kedua tambahkan 2 tetes larutan ikan patin. Bandingkan yang mana yang lebih stabil. (stabil apabila terbentuk emulsi).

2.      Uji ketidakjenuhan
Siapkan 3 tabung reaksi yang telah berisi 0,5 ml larutan iodium dalam kloroform (berwarna ungu) kemudian teteskan minyak, margarin dan larutan ikan patin untuk setiap tabung reaksi. Tetesan dihentikan sampai warna iodium hilang.
3.      Uji Safonifikasi
Siapkan 3 tabung reaksi. Pada setiap tabung reaksi tambahkan 5 tetes sampel, 3 ml aquadest dan 1 ml KOH kemudian panaskan sampai mendidih setelah itu larutan dikocok maka akan terbentuk busa.
Note : ganti KOH dengan NaOH dan lakukan hal yang sama.
4.      Uji gliserol
Siapkan 3 tabung reaksi yang telah berisi kira-kira 0,5 cm padatan KHSO4 , kemudian tambahkan 5 tetes sampel dan tambahkan lagi padatan KHSO4 setinggi 0,25 cm kemudian dipanaskan dengan menggunakan lampu spiritus. Identifikasi adanya bau.
5.      Uji LiberMann Buchard untuk kolesterol
Siapkan 3 tabung reaksi, masing-masing isi dengan 5 tetes sampel, kemudian tambahkan 3 ml kloroform, tambahkan lagi 1 ml asam asetat glasial dan tambahkan 1 tetes H2SO4 kemudian dikocok. Lihat warna yang terbentuk.
6.      Tes Fosfat
Siapkan 3 tabung reaksi, pada setiap tabung reaksi masukkan 5 tetes sampel dan 3 ml HNO3 6M kemudian dikocok panaskan selama 5 menit kemudian larutan di dinginkan pada suhu kamar dan ditambahkan 3ml NaOH lalu larutan ini disaring, kemudian flitratnya di tambahkan dengan 1 ml Molybdat panaskan selama 5 menit maka akan terbentuk endapan kuning yang menunjukkan adanya fosfat.

 III.            Hasil Pengamatan

No
Judul Percobaan
Tujuan Percobaan
Prosedur Percobaan
Hasil Pengamatan

Lipid
1. Untuk menguji tingkat pelarutan sampel
2. Untuk menguji kandungan kolesterol pada sampel
3.untuk menguji ketidak jenuhan dari lipid
4. untuk melihat perbandingan antara 3 sampel berdasarkan busa yang dihasilkan
5. untuk menguji gliserol pada lipid
6.untuk melihat kandungan fosfat pada lipid.
1.  Uji Kelarutan
·         Minyak
Masukkan H2O + aseton + etanol + CHCl3 ke dalam masing-masing 4 tabung reaksi + 2 tetes lipid (minyak)





·         Margarin
Masukkan H2O + aseton + etanol + CHCl3 ke dalam masing-masing 4 tabung reaksi + 2 tetes lipid (margarin)




·         Minyak ikan
Masukkan H2O + aseton + etanol + CHCl3 ke dalam masing-masing 4 tabung reaksi + 2 tetes lipid (minyak ikan)






Etanol dan minyak pada percobaan uji kelarutan sebelumnya + 1 ml H2O (kocok) dan amati perubahan t0 → t5

Etanol dan margarin pada percobaan uji kelarutan sebelumnya + 1 ml H2O (kocok) dan amati perubahan t0 → t5

Etanol dan minyak ikan pada percobaan uji kelarutan sebelumnya + 1 ml H2O (kocok) dan amati perubahan t0 → t5


Minyak
·         H2O (tidak berwarna) + minyak(kuning) à tidak larut
·         Aseton(tidak berwarna) + minyak (kuning) à tidak larut
·         Etanol (tidak berwarna) + minyak (kuning) à tidak larut
·         CHCl3 (tidak berwarna) + minyak (kuning) à tidak larut

Margarin
·         H2O (tidak berwarna) + margarin (kuning) à tidak larut
·         Aseton(tidak berwarna) + margarin (kuning) à tidak larut
·         Etanol (tidak berwarna) + margarin (kuning) à tidak larut
·         CHCl3 (tidak berwarna) + margarin (kuning) à tidak larut

Minyak Ikan
·         H2O (tidak berwarna) + minyak ikan (kuning) à tidak larut
·         Aseton(tidak berwarna) + minyak ikan (kuning) à tidak larut
·         Etanol (tidak berwarna) + minyak ikan (kuning) à tidak larut
·         CHCl3 (tidak berwarna) + minyak ikan (kuning) à tidak larut


Minyak awalnya terpisah, setelah ditambah H2O dan dikocok, terbentuk gumpalan-gumpalan kecil yang kemudian menyatu (tidak larut)

Minyak awalnya terpisah, setelah ditambah H2O dan dikocok, terbentuk gumpalan-gumpalan kecil (tidak larut)

Minyak awalnya terpisah, setelah ditambah H2O dan dikocok, terbentuk gumpalan-gumpalan kecil yang kemudian menyatu (tidak larut)
2.  Uji Lieberman-Buchard
5 tetes minyak + 3 ml CHCl3 + 1 ml CH3COOH + 1 tetes H2SO4. Amati perubahan selama 5 menit.

5 tetes margarin + 3 ml CHCl3 + 1 ml CH3COOH + 1 tetes H2SO4. Amati perubahan selama 5 menit.

5 tetes minyak ikan + 3 ml CHCl3 + 1 ml CH3COOH + 1 tetes H2SO4. Amati perubahan selama 5 menit.

Warna larutan keruh kemudian terbentuk lapisan tak berwarna (berubah)


Warna larutan kuning keruh kemudian terbentuk lapisan tak berwarna (berubah)


Larutan tidak berwarna dan terdapat lapisan putih (tidak berubah)



3. Uji Ketidakjenuhan
1.      Masukkan I2 dalam CHCl3 sebanyak 10 tetes ke dalam masing-masing tabung (3 tabung)
2.      Tetesi lipid yang terdiri dari larutan margarin, minyak dan minyak ikan ke masing-masing tabung sampai warna iodium hilang dan kembali berwarna kuning
3.      Catat berapa tetes yang dihabiskan untuk membuat warna larutan menjadi kuning semula

No
Larutan Lipid
Tetes
1
Margarin
11
2
Minyak
29
3
Minyak ikan
24






4.  Uji safonifikasi (dengan KOH)
1.      5 tetes margarin + 3 ml H2O + 1 ml KOH




2.      5 tetes minyak + 3 ml H2O + 1 ml KOH






3.      5 tetes ikan patin + 3 ml H2O + 1 ml KOH



Uji Safonifikasi (dengan NaOH)
1)      5 tetes margarin + 3 ml H2O + 1 ml NaOH



2)      5 tetes minyak + 3 ml H2O + 1 ml NaOH




3)      5 tetes ikan patin + 3 ml H2O + 1 ml NaOH

5 tetes margarin (kuning) + 3 ml H2O (tdk berwarna) + 1 ml KOH (tdk berwarna) à larutan menjadi dua lapisan/tidak menyatu, diatas kuning, di bawah tdk berwarna  berbusa.

5 tetes minyak (kuning) + 3 ml H2O (tdk berwarna) + 1 ml KOH (tdk berwarna) à larutan menjadi dua lapisan/tidak menyatu, diatas kuning, di bawah tdk berwarna  berbusa.

5 tetes ikan patin (tdk berwarna) + 3 ml H2O (tdk berwarna) + 1 ml KOH (tdk berwarna) à larutan tdk berwarna  berbusa.
Sampel
Waktu
Margarin
1 : 12
Minyak
1 : 29
Ikan Patin
1 : 47

5 tetes margarin (kuning) + 3 ml H2O (tdk berwarna) + 1 ml NaOH (tdk berwarna) à larutan menjadi dua lapisan/tidak menyatu, diatas kuning, di bawah tdk berwarna  berbusa.


5 tetes minyak (kuning) + 3 ml H2O (tdk berwarna) + 1 ml NaOH (tdk berwarna) à larutan menjadi dua lapisan/tidak menyatu, diatas kuning, di bawah tdk berwarna  berbusa.



5 tetes ikan patin (tdk berwarna) + 3 ml H2O (tdk berwarna) + 1 ml NaOH (tdk berwarna) à larutan tdk berwarna  berbusa.

Sampel
Waktu
Margarin
1 : 15
Minyak
1 : 24
Ikan Patin
1 : 57



5.Uji Gliserol
Tabung 1
0,5 cm padatan NaHSO4 + 5 tetes minyak + 0,25 cm NaHSO4



Tabung 2
0,5 cm padatan NaHSO4 + 5 tetes margarin  + 0,25 cm NaHSO4




Tabung 3
0,5 cm padatan NaHSO4 + 5 tetes larutan ikan patin + 0,25 cm NaHSO4



,5 cm padatan NaHSO4 ( tidak berwarna) + 5 tetes minyak (kuning) + 0,25 cm NaHSO4 (tidak berwarna)  menghasilkan asap putih dan bau seperti lemak terbakar


0,5 cm padatan NaHSO4 ( tidak berwarna) + 5 tetes margarin (kuning) + 0,25 cm NaHSO4 (tidak berwarna)  menghasilkan asap putih dan bau seperti lemak terbakar



0,5 cm padatan NaHSO4 ( tidak berwarna) + 5 tetes ikan patin (tidak berwarna) + 0,25 cm NaHSO4 (tidak berwarna)  menghasilkan asap putih dan bau seperti lemak terbakar




6.Uji Fosfat
1.      Masukkan 5 tetes sampel ke dalam masing-masing tabung
2.      Tambahkan 3 ml HNO3 6M
3.      Panaskan selama 5 menit, lalu dinginkan
Tambahkan NaOH 3 ml untuk menetralkan larutan
·      Margarin
Sebelum dipanaskan larutan menjadi 2 lapisan (atas=kuning; bawah=tidak berwarna).
Sesudah dipanaskan ditambahkan NaOH maka larutan atas = kuning ; larutan bawah = kuning bening

·      Minyak
Sebelum dipanaskan larutan menjadi 2 lapisan (atas=kuning; bawah=tidak berwarna).
Sesudah dipanaskan ditambahkan NaOH maka larutan atas = kuning ; larutan bawah = kuning bening

·      Minyak ikan
Sebelum dipanaskan larutan tidak berwarna
Setelah dipanaskan dan ditambahkan NaOH menjadi kuning bening


 VI.            Daftar Pustaka
Lehninger, Albert, 1992, Dasar-dasar Biokimia Jilid 1, Erlangga: Jakarta.

Fessenden dan Fessenden, 1999, Kimia Organik Edisi ketiga Jilid 2, Erlangga: Jakarta.

Pudjiadi, Anna. 1994. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta:Universitas Indonesia.

Sukaryawan, Made. 2011. Petunjuk Praktikum Biokimia. Universitas Sriwijaya:Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.