LAPORAN TETAP PRAKTIKUM BIOKIMIA I
I.
Nomor Percobaan : X (Sepuluh)
II.
Nama Percobaan : Lipid
III.
Tujuan Percobaan :
-
Untuk
menguji tingkat pelarutan sampel.
-
Untuk
menguji kandungan kolesterol pada sampel.
-
untuk
menguji ketidak jenuhan dari lipid.
-
untuk
melihat perbandingan antara 3 sampel berdasarkan busa yang dihasilkan.
-
untuk
menguji gliserol pada lipid.
-
untuk
melihat kandungan fosfat pada lipid.
IV.
Dasar Teori
Senyawa satu
kelompok senyawa organik yang terdapat dalam tumbuhan, hewan atau manusia dan
yang sangat berguna bagi kehidupan manusia ialah lipid. Untuk memberikan
definisi yang jelas tentang lipid sangat sukar, sebab senyawayang termasuk
lipid tidak mempunyai rumus struktur yang serupa atau mirip. Sifat kimia dan
fungsi biologinya juga berbeda-beda. Walaupun demikian, para ahli biokimia
bersepakat bahwa lemak dan senyawa organik yang kelompok yang disebut lipid. Adapun
sifat fisika yang dimaksud adalah (Poedjiadi dan Supriyanti, 2009):
1.
Tidak larut dalam air, tetapi
larut dalam satu atau lebih dari satu pelarut organik misalnya eter, aseton,
kloroform, benzena, yang sering juga disebut “pelarut lemak”.
2.
Ada hubungan dengan asam-asam
lemak atau esternya.
3.
Mempunyai kemungkinan digunakan
oleh makhluk hidup.
Lipid merupakan
komponen penting dalam membran sel, termasuk diantaranya fosfolipid,
glikolipid, dan dalam sel hewan adalah kolesterol. Fosfolipid memiliki banyak
kerangka gliserol (fosfogliserida) atau sfingosina (sfingomylin). Serebrosida mengandung
glukosa dan galaktosa dan dengan kerangka sfingosina termasuk dalam glikolipid.
Kolesterol merupakan senyawa induk bagi steroid lain yang disintesis dalam
tubuh. Steroid tersebut adalah hormon-hormon yang penting seperti hormon
korteks adrenal serta hormon seks, vitamin D, dan asam empedu (Tim Dosen
Biokimia, 2011).
Lipid adalah
salah satu kategori molekul biologis yang besar yang tidak mencakup polimer. Senyawa
yang disebut lipid dikelompokkan bersama karena memiliki satu ciri penting:
lipid tidak memiliki atau sedikit sekali afinitasnya terhadap air. Perilaku
hidrofobik lipid didasarkan berdasarkan struktur molekulernya (Tim Dosen
Biologi UPT MKU, 2010).
Senyawa-senyawa
yang termasuk lipid ini dapat dibagi dalam beberapa golongan. Ada beberapa cara
penggolongan yang dikenal. Bloor membagi lipid dalam tiga golongan besar, yakni: (1) lipid sederhana, yaitu ester
asam lemak dengan berbagai alkohol, contohnya lemak atau gliserida dan lilin
(waxes); (2) lipid gabungan yaitu ester asam lemak yang mempunyai gugus
tambahan, contohnya fosfolipid, serebrosida; (3) derivat lipid, yaitu senyawa
yang dihasilkan oleh proses hidrolisis lipid, contohnya asam lemak, gliserol,
dan sterol. Disamping itu, berdasarkan sifat kimia yang penting, lipid dapat
dibagi dalam dua golongan yang besar, yakni lipid yang dapat disabunkan, yakni
dapat dihidrolisis dengan basa, contohnya lemak, dan lipid yang tidak dapat
disabunkan, contohnya steroid (Poedjiadi dan Supriyanti, 2009).
Lemak dan
minyak merupakan senyawa ester dari gliserol yang disebut juga trigliserida
atau triagliserol (Santoso, 2008).
Lemak dan minyak dapat dibedakan berdasarkan pada
titik lelehnya. Pada suhu kamar, lemak berwujud padat, sedangkan minyak
berwujud cair. Titik leleh dari lemak dan minyak tergantung pada strukturnya,
umumnya meningkat dengan bertambahnya jumlah atom karbon. Banyaknya ikatan
ganda dua karbon-karbon dalam komponen asam lemak juga sangat berpengaruh. Trigliserida
yang mengandung banyak asam lemak tak jenuh, seperti asam oleat dan linoleat
akan berwujud lemak (padat), contohnya lemak sapi. Reaksi hidrogenasi mengubah minyak
nabati menjadi lemak, misalnyapada industri margarin. Serbuk logam nikel
(sebagai katalis) didispersikan ke dalam minyak panas selanjutnya diadisi dengan
hidrogen sehingga ikatan ganda dua dari asam lemak tak jenuh menjadi jenuh dan
membentuk lemak. Contohnya, hidrogenasi pada triolien (titik leleh 17oC)
menghasilkan tristearin (titik leleh 55oC) (Tim Dosen Kimia UPT MKU,
2011).
Lemak dan minyak
merupakan bagian terbesar dan terpenting kelompok lipid, yaitu sebagai komponen
makanan utama bagi organisme hidup. Lemak dan minyak penting bagi manusia
karena adanya asam-asam lemak esensial yang terkandung di dalamnya. Fungsinya
dapat melarutkan vitamin A, D, E, dan K yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan
tubuh. Kemudian, lemak dan minyak merupakan sumber energi yang lebih efisien
dibandingkan dengan karbohidrat dan protein. Satu gram lemak atau minyak dapat
menghasilkan 9 kkal, sedangkan karbohidrat dan protein hanya menghasilkan 4
kkal setiap gram (Tim Dosen Biokimia, 2011).
Dalam pembuatan
lemak, tiga asam lemak masing-masing berikatan dengan gliserol melalui ikatan
ester, suatu ikatan antara gugus hidroksil dan gugus karboksil. Lemak yang juga
disebut triasigliserol, dengan demikian terdiri atas tiga asam lemak yang
berikatan dengan satu molekul gliserol (Tim Dosen Biologi UPT MKU, 2010).
Gliserol ialah suatu trihidroksi alkohol yang
terdiri atas tiga atom karbon. Jadi tiap atom karbon mempunyai gugus –OH. Satu
molekul gliserol dapat mengikat satu, dua, atau tiga molekul asam lemak dalam
bentuk ester, yang disebut monogliserida, digliserida, atau trigliserida (Poedjiadi
dan Supriyanti, 2009).
Trigliserida
adalah triester dari asam lemak dan gliserol. Asam lemak adalah karboksilat
berantai panjang, yang umumnya memiliki jumlah atom karbon genap, jarang yang
bercabang, dan dapat memiliki satu atau lebih ikatan rangkap dua (tidak jenuh).
Sifat fisik maupun sifat kimia dari trigliserida sangat ditentukan oleh jenis
asam lemak pembentuknya. Tingkat kejenuhan dan ketidakjenuhan dari asam lemak
menentukan titik leleh dari trigliserida yang dibentuknya. Asam lemak jenuh
umumnya rantainya memanjang dan lebih teratur Jika terdapat ikatan ganda dua cis
dalam rantai asam lemak, maka rantainya akan membelok dan tidak teratur.
Semakin banyak terdapat ikatan ganda dua dalam rantai asam lemak, semakin tidak
teratur strukturnya dan semakin rendah titik lelehnya (Tim Dosen Kimia UPT MKU,
2011).
Secara kimiawi,
lemak dan minyak adalah trigliserida yang merupakan ester dari gliserol dan
asam lemak rantai panjang. Senyawa terbentuk dari hasil kondensasi satu molekul
gliserol dengan tiga molekul asam lemak (Tim Dosen Biokimia, 2011).
Pada umumnya,
lemak apabila dibiarkan lama di udara akan menimbulkan rasa dan bau yang tidak
enak. Hal ini disebabkan oleh proses hidrolisis yang menghasilkan asam lemak
bebas. Di samping itu, dapat pula terjadi proses oksidasi terhadap asam lemak
tidak jenuh yang hasilnya akan menambah bau dan rasa yang tidak enak. Oksidasi
asam lemak tidak jenuh akan menghasilkan
peroksida dan selanjutnya akan terbentuk aldehida. Inilah yang menyebabkan terjadinya
bau dan rasa yang tidak enak atau tengik. Kelembaban udara, cahaya, suhu tinggi
dan adanya bakteri perusak adalah faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
ketengikan lemak (Poedjiadi dan Supriyanti, 2009).
Lemak dan
minyak yang teroksidasi akan membentuk peroksida dan hidroperoksida yang dapat
terurai menjadi aldehida, keton, dan asam-asam lemak bebas. Hasil oksidasi
tidak hanya mengakibatkan rasa dan bau yang tidak enak, tetapi dapat pula
menurunkan nilai gizi karena kerusakan vitamin dan asam-asam lemak esensial
dalam lemak. Reaksi oksidasi dipercepat dengan adanya cahaya, pemanasan, atau
katalis logam seperti Cu, Fe, Co, dan Mn. Lemak dan minyak yang sangat tengik
mempunyai keasaman yang rendah. Proses ketengikan dapat dihambat salah satunya
dengan penambahan zat antioksidan seperti vitamin E, vitamin C, polifenol, dan
hidroquinon (Tim Dosen Biokimia, 2011).
Kolesterol
adalah salah satu sterol yang penting dan terdapat banyak di alam di alam. Kolesterol
terdapat pada hampir semua sel hewan dan semua manusia. Pada tubuh manusia,
kolesterol terdapat dalam darah, empedu, kelenjar adrenal bagian luar (adrenal
cortex), dan jaringan syaraf. Mula-mula kolesterol diisolasi dari batu empedu
karena kolesterol ini merupakan komponen utama batu empedu tersebut. Kolesterol
dapat larut dalam pelarut lemak, misalnya eter, kloroform, benzena, dan alkohol
panas. Apabila terdapat dalam konsentrasi tinggi, kolesterol mengkristal dalam
bentuk kristal yang tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau, serta
mempunyai titik lebur 150-151oC. Endapan kolesterol apabila
terdapat dalam pembuluh darah dapat menyebabkan
penyempitan pembuluh darah karena dinding pembuluh darah menjadi makin tebal. Hal
ini mengakibatkan juga berkurangnya elastisitas pembuluh darah. Dengan
demikian, maka aliran darah akan terganggu (Poedjiadi dan Supriyanti, 2009).
I.
Alat dan Bahan
Alat :
o Tabung Reaksi
o Rak Tabung Reaksi
o Pipet Tetes
o Gelas Kimia
o Gelas Ukur
o Kertas Saring
o Bunsen
o Mortal dan Alu
o Penjepit Kayu
Bahan :
o Margarin
o Minyak
o Ikan Patin
o H2O
o Aseton
o Kloroform
o Etanol
o Larutan Iodin dalam Kloroform
o Padatan KHSO4
o KOH
o NaOH
o Asam Asetat
Glasial
o H2SO4
o HNO3 6M
o Molybdat
II.
Prosedur Percobaan
1.
Uji Kelarutan
§ Pelarut air
Siapkan 3 tabung reaksi yang telah
berisi 10 tetes air kemudian masukkan minyak, margarin dan larutan ikan patin
pada setiap tabung reaksi masing-masing 2 tetes (larutan yang didapat dianggap
larutan A), kemudian siapkan kertas saring lalu teteskan sebanyak 2 tetes
larutan A dan keringkan. Apabila larutan yang diteteskan menempel pada kertas
saring menunjukkan bahwa larutan tersebut larut. Apabila larutan yang diteteskan
tidak menempel pada kertas saring menunjukkan bahwa larutan tersebut tidak
larut.
Note : lakukan hal
yang sama untuk pelarut aseton, etanol dan kloroform. Dan larutan yang
didapatkan dengan pelarut etanol jangan dibuang.
Larutan etanol (lipid + etanol)
Pada setiap tabung reaksi tambahkan 1
ml aquadest lalu dikocok, catat apa yang terjadi (t0) dan diamkan
selama 5 menit perubahan apa yang terjadi (t5)
Emulsi
Siapkan 2 buah tabung reaksi
masing-masing berisi 3 ml aquadest kemudian tabung pertama tambahkan 2 tetes
minyak dan tabung kedua tambahkan 2 tetes larutan ikan patin. Bandingkan yang
mana yang lebih stabil. (stabil apabila terbentuk emulsi).
2.
Uji
ketidakjenuhan
Siapkan 3 tabung reaksi yang telah
berisi 0,5 ml larutan iodium dalam kloroform (berwarna ungu) kemudian teteskan
minyak, margarin dan larutan ikan patin untuk setiap tabung reaksi. Tetesan
dihentikan sampai warna iodium hilang.
3.
Uji
Safonifikasi
Siapkan 3 tabung reaksi. Pada setiap
tabung reaksi tambahkan 5 tetes sampel, 3 ml aquadest dan 1 ml KOH kemudian
panaskan sampai mendidih setelah itu larutan dikocok maka akan terbentuk busa.
Note : ganti KOH dengan NaOH dan
lakukan hal yang sama.
4.
Uji gliserol
Siapkan 3 tabung reaksi yang telah
berisi kira-kira 0,5 cm padatan KHSO4 , kemudian tambahkan 5 tetes
sampel dan tambahkan lagi padatan KHSO4 setinggi 0,25 cm kemudian
dipanaskan dengan menggunakan lampu spiritus. Identifikasi adanya bau.
5.
Uji LiberMann
Buchard untuk kolesterol
Siapkan 3 tabung reaksi, masing-masing
isi dengan 5 tetes sampel, kemudian tambahkan 3 ml kloroform, tambahkan lagi 1
ml asam asetat glasial dan tambahkan 1 tetes H2SO4 kemudian
dikocok. Lihat warna yang terbentuk.
6.
Tes Fosfat
Siapkan 3
tabung reaksi, pada setiap tabung reaksi masukkan 5 tetes sampel dan 3 ml HNO3
6M kemudian dikocok panaskan selama 5 menit kemudian larutan di dinginkan
pada suhu kamar dan ditambahkan 3ml NaOH lalu larutan ini disaring, kemudian
flitratnya di tambahkan dengan 1 ml Molybdat panaskan selama 5 menit maka akan
terbentuk endapan kuning yang menunjukkan adanya fosfat.
III.
Hasil Pengamatan
No
|
Judul
Percobaan
|
Tujuan
Percobaan
|
Prosedur
Percobaan
|
Hasil
Pengamatan
|
||||||||||||||||
|
Lipid
|
1. Untuk menguji tingkat
pelarutan sampel
2. Untuk menguji kandungan
kolesterol pada sampel
3.untuk menguji ketidak jenuhan dari
lipid
4. untuk melihat perbandingan
antara 3 sampel berdasarkan busa yang dihasilkan
5. untuk menguji gliserol pada
lipid
6.untuk melihat kandungan fosfat
pada lipid.
|
1. Uji Kelarutan
·
Minyak
Masukkan H2O + aseton + etanol + CHCl3
ke dalam masing-masing 4 tabung reaksi + 2 tetes lipid (minyak)
·
Margarin
Masukkan H2O + aseton + etanol + CHCl3
ke dalam masing-masing 4 tabung reaksi + 2 tetes lipid (margarin)
·
Minyak ikan
Masukkan H2O + aseton + etanol + CHCl3
ke dalam masing-masing 4 tabung reaksi + 2 tetes lipid (minyak ikan)
Etanol dan minyak
pada percobaan uji kelarutan sebelumnya + 1 ml H2O (kocok) dan
amati perubahan t0 → t5
Etanol dan margarin
pada percobaan uji kelarutan sebelumnya + 1 ml H2O (kocok) dan
amati perubahan t0 → t5
Etanol dan minyak
ikan pada percobaan uji kelarutan sebelumnya + 1 ml H2O (kocok)
dan amati perubahan t0 → t5
|
Minyak
·
H2O (tidak berwarna) +
minyak(kuning) à
tidak larut
·
Aseton(tidak berwarna) + minyak
(kuning) à
tidak larut
·
Etanol (tidak berwarna) + minyak
(kuning) à
tidak larut
·
CHCl3 (tidak berwarna) +
minyak (kuning) à
tidak larut
Margarin
·
H2O (tidak berwarna) +
margarin (kuning) à
tidak larut
·
Aseton(tidak berwarna) + margarin
(kuning) à
tidak larut
·
Etanol (tidak berwarna) + margarin
(kuning) à
tidak larut
·
CHCl3 (tidak berwarna) +
margarin (kuning) à
tidak larut
Minyak
Ikan
·
H2O (tidak berwarna) +
minyak ikan (kuning) à tidak larut
·
Aseton(tidak berwarna) + minyak ikan
(kuning) à
tidak larut
·
Etanol (tidak berwarna) + minyak ikan
(kuning) à
tidak larut
·
CHCl3 (tidak berwarna) +
minyak ikan (kuning) à tidak larut
Minyak awalnya terpisah, setelah
ditambah H2O dan dikocok, terbentuk gumpalan-gumpalan kecil yang
kemudian menyatu (tidak larut)
Minyak awalnya terpisah, setelah
ditambah H2O dan dikocok, terbentuk gumpalan-gumpalan kecil (tidak
larut)
Minyak awalnya terpisah, setelah
ditambah H2O dan dikocok, terbentuk gumpalan-gumpalan kecil yang
kemudian menyatu (tidak larut)
|
||||||||||||||||
2. Uji Lieberman-Buchard
5 tetes minyak
+ 3 ml CHCl3 + 1 ml CH3COOH + 1 tetes H2SO4.
Amati perubahan selama 5 menit.
5 tetes
margarin + 3 ml CHCl3 + 1 ml CH3COOH + 1 tetes H2SO4.
Amati perubahan selama 5 menit.
5 tetes minyak
ikan + 3 ml CHCl3 + 1 ml CH3COOH + 1 tetes H2SO4.
Amati perubahan selama 5 menit.
|
Warna larutan keruh kemudian
terbentuk lapisan tak berwarna (berubah)
Warna larutan kuning keruh
kemudian terbentuk lapisan tak berwarna (berubah)
Larutan tidak berwarna dan
terdapat lapisan putih (tidak berubah)
|
|||||||||||||||||||
|
|
|
3. Uji Ketidakjenuhan
1. Masukkan
I2 dalam CHCl3 sebanyak 10 tetes ke dalam masing-masing
tabung (3 tabung)
2. Tetesi
lipid yang terdiri dari larutan margarin, minyak dan minyak ikan ke
masing-masing tabung sampai warna iodium hilang dan kembali berwarna kuning
3. Catat
berapa tetes yang dihabiskan untuk membuat warna larutan menjadi kuning
semula
|
|
||||||||||||||||
|
|
|
4. Uji safonifikasi (dengan KOH)
1.
5
tetes margarin + 3 ml H2O + 1 ml KOH
2.
5
tetes minyak + 3 ml H2O + 1 ml KOH
3.
5
tetes ikan patin + 3 ml H2O + 1 ml KOH
Uji
Safonifikasi (dengan NaOH)
1) 5
tetes margarin + 3 ml H2O + 1 ml NaOH
2) 5
tetes minyak + 3 ml H2O + 1 ml NaOH
3)
5 tetes ikan patin +
3 ml H2O + 1 ml NaOH
|
5
tetes margarin (kuning) + 3 ml H2O (tdk berwarna) + 1 ml KOH (tdk
berwarna) à
larutan menjadi dua lapisan/tidak menyatu, diatas kuning, di bawah tdk
berwarna berbusa.
5
tetes minyak (kuning) + 3 ml H2O (tdk berwarna) + 1 ml KOH (tdk
berwarna) à
larutan menjadi dua lapisan/tidak menyatu, diatas kuning, di bawah tdk
berwarna berbusa.
5
tetes ikan patin (tdk berwarna) + 3 ml H2O (tdk berwarna) + 1 ml
KOH (tdk berwarna) à
larutan tdk berwarna berbusa.
5
tetes margarin (kuning) + 3 ml H2O (tdk berwarna) + 1 ml NaOH (tdk
berwarna) à
larutan menjadi dua lapisan/tidak menyatu, diatas kuning, di bawah tdk
berwarna berbusa.
5
tetes minyak (kuning) + 3 ml H2O (tdk berwarna) + 1 ml NaOH (tdk
berwarna) à
larutan menjadi dua lapisan/tidak menyatu, diatas kuning, di bawah tdk
berwarna berbusa.
5
tetes ikan patin (tdk berwarna) + 3 ml H2O (tdk berwarna) + 1 ml
NaOH (tdk berwarna) à
larutan tdk berwarna berbusa.
|
||||||||||||||||
|
|
|
5.Uji
Gliserol
Tabung 1
0,5 cm padatan
NaHSO4 + 5 tetes minyak + 0,25 cm NaHSO4
Tabung 2
0,5 cm padatan
NaHSO4 + 5 tetes margarin +
0,25 cm NaHSO4
Tabung 3
0,5 cm padatan
NaHSO4 + 5 tetes larutan ikan patin + 0,25 cm NaHSO4
|
,5 cm padatan
NaHSO4 ( tidak berwarna) + 5 tetes minyak (kuning) + 0,25 cm NaHSO4
(tidak berwarna) menghasilkan asap putih dan bau seperti
lemak terbakar
0,5 cm padatan
NaHSO4 ( tidak berwarna) + 5 tetes margarin (kuning) + 0,25 cm
NaHSO4 (tidak berwarna) menghasilkan asap putih dan bau seperti
lemak terbakar
0,5 cm padatan
NaHSO4 ( tidak berwarna) + 5 tetes ikan patin (tidak berwarna) +
0,25 cm NaHSO4 (tidak berwarna) menghasilkan asap putih dan bau seperti
lemak terbakar
|
||||||||||||||||
|
|
|
6.Uji
Fosfat
1.
Masukkan 5 tetes sampel ke dalam
masing-masing tabung
2.
Tambahkan 3 ml HNO3 6M
3.
Panaskan selama 5 menit, lalu
dinginkan
Tambahkan
NaOH 3 ml untuk menetralkan larutan
|
· Margarin
Sebelum
dipanaskan larutan menjadi 2 lapisan (atas=kuning; bawah=tidak berwarna).
Sesudah
dipanaskan ditambahkan NaOH maka larutan atas = kuning ; larutan bawah =
kuning bening
· Minyak
Sebelum
dipanaskan larutan menjadi 2 lapisan (atas=kuning; bawah=tidak berwarna).
Sesudah
dipanaskan ditambahkan NaOH maka larutan atas = kuning ; larutan bawah =
kuning bening
· Minyak
ikan
Sebelum
dipanaskan larutan tidak berwarna
Setelah
dipanaskan dan ditambahkan NaOH menjadi kuning bening
|
VI.
Daftar Pustaka
Lehninger, Albert,
1992, Dasar-dasar Biokimia Jilid 1, Erlangga: Jakarta.
Fessenden dan
Fessenden, 1999, Kimia Organik Edisi ketiga Jilid 2, Erlangga: Jakarta.
Pudjiadi, Anna. 1994. Dasar-dasar Biokimia.
Jakarta:Universitas Indonesia.